Banjir ROB Kerap Rendam Pemukiman Warga di Buteng, Akibat Cuaca Ekstrim

harianpublik.id-Buteng – Empat dari tujuh kecamatan yang ada di Buton Tengah (Buteng) Sulawesi Tenggara (Sultra) terkena dampak dari tingginya gelombang akibat cuaca ekstrim yang terjadi di beberapa titik daerah rawan bencana.

Puncak cuaca ekstrim yang terjadi selama beberapa hari terakhir sejak Senin (21/2) yang disebut dengan puncak dari tinggi gelombang air laut tersebut mengakibatkan Banjir ROB atau banjir pasang surut air laut yang terjadi di sekitar pesisir pantai akibat gelombang tinggi yang menjadi genangan air di pemukiman warga.



Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buteng, Mohamad Asman Bahara mengungkapkan, daerah terdampak cuaca ekstrim di Buteng untuk musim barat sejak Desember hingga ini mengakibatkan bocornya tanggul serta rumah warga dengan kondisi terendam genangan ROB luapan air laut.

“Dampak dari cuaca ekstrim yang kita sebut sebagai puncak itu mengakibatkan ambruk dan rusaknya jembatan serta talud di Kecamatan Talaga. Bahkan sampai terjadi Banjir ROB di Desa Gumanano Kecamatan Mawasangka sebanyak 200 KK rumahnya terendam air,” papar Asman saat dikonfirmasi oleh media di ruang kerjanya, Rabu (23/2).

Tidak hanya itu, kerusakan yang diakibatkan gelombang tinggi dari cuaca ekstrim yang saat ini terjadi di Buteng khususnya di daerah Pulau (Talaga) tidak hanya ambruknya Jembatan dan Talud yang bocor sepanjang 200 meter. Namun beberapa fasilitas pelayanan umum ikut terendam banjir hempasan gelombang.

“Gelombang tinggi yang disertai hujan lebat kemarin di Kecamatan Talaga mengakibatkan Kantor Kelurahan, Kantor Polsek, Masjid, Koperasi Unit Desa serta rumah warga dengan kondisi terendam genangan ROB luapan air laut,” jelasnya lebih lanjut.

Kemudian dampak cuaca ekstrim ini juga dirasakan oleh masyarakat Madongka, Kecamatan Lakudo. Dimana pasar rakyat yang ada di desa tersebut ikut terendam luapan air laut akibat hempasan ombak yang tidak tertahan sebab tanggul yang ada di desa tersebut ambruk sepanjang 100 meter.

“Di desa Madongka itu ada talud yang ambruk panjangnya sekitar 100 meter kemudian berdampak pada pasar rakyat,” kata dia.

Sambung Asman, melihat potensi kerusakan yang diakibatkan cuaca ekstrim yang setiap tahunnya terus berulang di Negeri 1000 Goa ini. Hal itu dikarenakan hampir semua wilayahnya adalah pesisir pantai. Sekretaris BPBD ini menambahkan, jika pihaknya saat ini tengah mengatur langkah pencegahan terjadinya kembali luapan air laut yang mengakibatkan Banjir ROB di pemukiman warga.

Dia menuturkan untuk menanggapi permintaan masyarakat untuk dapat meminimilasir gelombang tinggi yang berakhir pada Banjir ROB, BPBD Buteng akan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi talud pantai.

“Karena melihat kondisi setiap tahunnya akan terus berulang. Saat ini kita coba usulkan pembuatan talud pemecah ombak. Jadi tidak hanya membuat tanggul biasa, kita rekonstruksikan di depan talud itu dibuat pemecah ombak sehingga taludnya tidak mudah roboh,” ucapnya.

Asman mengakhiri, selain dampak gelombang tinggi, satu desa di Kecamatan Gu juga terkena dampak cuaca ekstrim akibat badai dan curah hujan yang tinggi. Akibatnya Desa Lakapera terendam banjir setinggi 1 meter, hal tersebut terjadi akibat drainase yang dibuat belum masuk sampai ke hilir sungai.

“Akibat cuaca ekstrim dari hujan yang berkepanjangan Desa Lakapera terdampak banjir, sebab drainase yang dibuat belum masuk sampai ke hilir sungai. Sehingga hujan kemarin kembali tergenang air kurang lebih 1 meter,” tukasnya. (**)

Penulis: And

Komentar