Duet Kepemimpinan Putra Asli Daerah Dalam Membangun Sulawesi Tenggara Sejak 1992 Hingga 2023

Harianpublik.id,Kendari-Pada tahun 1964 Sulawesi Tenggara resmi menjadi daerah tingkat I Provinsi Sulawesi Tenggara atas pemisahan dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara. Hal ini tertuang dalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 2022 tentang Provinsi Sulawesi Tenggara. Sejak berdirinya Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat 9 gubernur yang memimpin antara lain adalah J. Wayong (1964-1965), La Ode Hadi (1965 – 1966), Eddy Sabara (1967-1978), Abdullah Silondae (1978-1981), Alala (1982-1992). La Ode Kaimuddin (1992 – 2003), Ali Mazi (2003-2008), Nur Alam (2008 – 2018), dan Ali Mazi (2018 – 2023).

Pembangunan Sulawesi Tenggara mulai dirasakan oleh masyarakatnya sejak tahun 1992 – 2003 yang mana Gubernur Sultra kala itu ialah Drs. H. Laode Kaimuddin dan Wakilnya Brigjen Pol Purn. Drs. H. Husein Effendi. Dalam kepemimpinan keduanya dikenal dengan slogan Empat Sehat Lima Sempurna. Di tangan mereka berdua terciptalah fondasi dasar dari pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara yang dikenal saat ini Aula Pradja Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara. Selain itu juga membangun penataan rumah – rumah penduduk  dan membuka askes jalan jalan protokol provinsi dan kabupaten kota. Pada saat itu, Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara terlihat sangat kumuh serta melakukan penyebaran penduduk dari Kota Lama ke Andounohu. Melihat kondisi yang ada maka lahirlah ide dan gagasan Gubernur La Ode Kaimuddin yang juga mantan Kepala Bappeda bahwa 30 tahun kedepan Sulawesi Tenggara akan bertumbuh populasi penduduknya sehingga sangat penting untuk segera ditata walaupun banyak kalangan yang menentangnya. Namun tidak menyurutkan semangat demi masyarakat Sulawesi Tenggara. Adapun hasil karya pembangunan yang masih kita rasakan dan digunakan sampai saat ini salah satunya yaitu Kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Jalan Bay Pas yang menghubungkan Kota Lama dan Anduonohu dan terbangunnya rumah –rumah penduduk dikawasan Andounohu.

Foto Tiga Gubernur  Asli Putra Daerah Sulawesi Tenggara (Sultra)

Di tahun 2003-2008 Sultra dipimpin oleh H. Ali Mazi berduet dengan Drs. Yusran Silondae. Dibawah kepemimpinan mereka berdua dikenal dengan Tagline GERBANGMASTRA yang merupakan singkatan Gerakan Membangun Masyarakat Sejahtera. Mengawali pemerintahan yang dipimpinnya dengan Pembangunan Rumah Jabatan Gubernur, Pembangunan Bandara Halu Oleo Kendari, dan Pembangun Tugu Persatuan Sulawesi Tenggara. Hasil karya tersebut masih dinikmati masyarakat Sultra seperti Bandara Halu Oleo Kendari  yang dulunya Bandara Sultra masih menggunakan Bandara eks masa penjajahan Belanda yang dikenal dengan nama Bandara Wolter Monginsidi dibawah kekuasaan TNI AU, namun sejak duet Ali Mazi dan Yusran mampu membangun bandara baru yang sampai saat sekarang ini digunakan masyarakat Sulawesi Tenggara, khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Adapun terkait Pembangunan Tugu Persatuan dibangun atas dasar pemikiran agar nantinya dapat dijadikan salah satu Icon Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana saat ini telah digunakan sebagai Kantor Dinas Pemuda dan Olah Raga serta dijadikan sebagai Objek Wisata Kuliner yang mana pada malam harinya dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk menjajakan dagangannya disekitaran Tugu Persatuan Sulawesi Tenggara.

Selanjuntnya, roda pemerintahan Sultra dilanjutkan H. Nur Alam SE dan Brigjend TNI Purn. Drs. H. Saleh Lasata. Duet ini selama 10 tahun untuk periode 2008 – 2018. Mereka memimpin dengan Slogan Sultra Emas, yang diawali dengan membangun dan melanjutkan pembangunan yang dilakukan pendahulunya. Misalnya, membangun dan memperbaiki infrastruktur jalan provinsi yang tersebar di daratan dan kepulauan seperti pengaspalan jalan provinsi yang menghubungkan Kota Baubau dan Kabupaten Buton, pengaspalan jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Muna dan Pelabuhan Tampo, pembangunan Jembatan Tawanga Tua dan Mowewe Tua yang menghubungkan Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka Timur, pembangunan Jembatan Bahteramas Kendari yang menghubungkan Kota Lama dan Abeli, pembangunan Rumah Sakit Umum Bahteramas, Pembangunan Pelabuhan Amolengu yang menghubungkan Buton Utara serta pembangunan Masjid Al – Alam di Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Hasil karya pembangunan tersebut sampai saat ini masih digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Sultra. Misalnya Masjid Al Alam salah satunya yang telah menjadi tujuan Wisata Religi bagi pengunjung masyarakat lokal maupun masyarakat yang datang dari luar daerah  Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pada masa bhakti 2018-2023, Sultra kembali dinakhodai oleh H. Ali Mazi SH berpasangan dengan Drs. H. Lukman Abunawas M.S.i. Pasangan ini menggunakan Slogan GARBARATA singkatan dari Gerakan Akselerasi Pemerataan Pembangunan Daratan dan Kepulauan. Bagi H. Ali Mazi SH sendiri periode kedua ini menjadi momentum untuk melanjutkan membangun Sultra,  dengan niat dan semangat membangun tanah kelahirannya Buton Sulawesi Tenggara. H. Ali Mazi SH memulai pembangunannya dengan membangun Perpustakaan Internasional, Jalan Kendari Toronipa, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah, Pembangunan Kantor Pusat Pemerintahan untuk semua OPD yang betujuan mempercepat proses administrasi pemerintahan dan pelayanan publik. Tak luput juga melanjutkan kembali pembangunan Rumah Jabatan Gubernur yang belum sempat kelar dimasa pemerintahannya 2003-2008. Sejak tahun lalu Perpustakaan Internasional telah dibuka untuk umum selain itu pula digunakan sebagai Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Tenggara,  setiap harinya tercatat kurang lebih 100 pengunjung dari berbagai elemen masyarakat dan yang mendominasi adalah Mahasiswa dan Pelajar Sulawesi Tenggara. Berkat pembangunan Perpustakaan Internasional Gubernur Sulawesi Tenggara telah meraih penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka tahun 2021. Lalu kemudian pembangunan Jalan Kota Kendari  yang menghubungkan Kecamatan Toronipa Kabupaten Konawe dimana tujuan dari pembangunan ini adalah untuk dapat diaksesnya Obyek Wisata Pantai Toronipa, dimana infrastruktur jalan yang sangat tidak memadai sehingga Obyek Wisata Pantai Toronipa kurang diminati masyarakat. Olehnya itu dengan membangun infrastruktur jalan yang representative sesuai standar nasional yang pengerjaan telah mencapai tahap akhir sehingga Obyek Wisata Pantai Toronipa nantinya diharapkan menjadi Obyek Wisata Nasional dan Internasional. Selanjutnya Pembangunan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah hal ini sangat penting bagi masyarakat Sulawesi Tenggara yang mana kita ketahui bersama Rumah Sakit Jantung di Indonesia hanya ada satu. Yautu di Ibu Kota Jakarta sehingga jika Rumah Sakit Jantung ini beroperasi tahun depan tentunya memudahkan bagi masyarakat Sulawesi Tenggara untuk melakukan pengobatan dan Rumah Sakit Jantung Sultra dipersiapkan kedepan menjadi Rumah Sakit bagi Masyarakat Indonesia Timur. Selanjutnya lanjutan Pembangunan Rumah Jabatan Gubernur Sultra dilandasi dari pemikiran H. Ali Mazi SH bahwa Rumah Jabatan Gubernur adalah salah satu icon masyarakat Sulawesi Tenggara ketika tamu dari luar daerah berkunjung dapat dipastikan menginjakkan kakinya ke rumah rakyat Sulawesi Tenggara yaitu Rujab Gubernur Sultra. Alangkah naifnya pemerintah tidak dapat membangun/renovasi Rujab yang mana  bangunan tersebut  sejak kurun waktu 25 tahun tidak pernah direnovasi dan atau dibangun baru sehingga  dilakukanlah pembangunan Rujab dengan perpaduan model budaya Sulawesi Tenggara dikomparasikan dengan model masa kekinian.

Putra Asli Sulawesi Tenggara telah membuktikan jati dirinya selama kurun waktu 30 tahun dapat bersatu padu bahu membahu membangun Sulawesi Tenggara dalam bingkai khazanah budaya dan adat istiadat Sulawesi Tenggara walaupun terlahir dari  Buton, Muna, Tolaki, dan Moronene, serta berlatar belakang disiplin ilmu dan kompetensi yang berbeda beda dimulai dari Birokrasi, Pengusaha, Politisi dan Aparat TNI/Polri. Mereka telah menorehkan catatan sejarah dalam membangun Sulawesi Tenggara dan berhasil membawa nama Sulawesi Tenggara dikenal dan diperhitungkan di kancah nasional maupun internasional.

Berbagai keberhasilan pembangunan Sulawesi Tenggara dimasa lampau dan masa sekarang ini yang begitu fundamental pembangunannya dan telah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Sulawesi Tenggara hal ini menjadi kebanggaan kita bersama dan sekaligus menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi generasi muda Sulawesi Tenggara selaku Pemegang Tongkat Estafet kepemimpinan di Bumi Anoa Sulawesi Tenggara dimasa yang akan datang.

Penulis berpendapat bahwa Pembangunan Sulawesi Tenggara hanya dapat dilakukan oleh putra asli daerah. Selain berpedoman pada peraturan perundang undangan yang berlaku di negara Indonesia, namun tetap pula berpegang teguh terhadap warisan Budaya Adat dan Istiadat yang masih dijunjung tinggi dan dilestarikan di tengah – tengah kehidupan masyarakat Sulawesi Tenggara. Hal ini sangat jelas yang mana Gubernur H. La Ode Kaimuddin outra asli Muna Keturunan Raja Muna, kemudian Gubernur H. Nur Alam putra asli Tolaki Keturunan Raja Konawe dan Gubernur H. Ali Mazi putra asli Buton Keturunan Sultan Buton Oputa Yikoo Pahlawan Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara. (**)

Penulis: Adi Yusuf Tamburaka (Kepala Bidang Ekinomi dan Pembamgunan Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara) 

Komentar