Harianpublik.id,Kendari – Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia tahun 2023, pemerintah menggulirkan gerakan pangan murah secara serentak di 186 titik seluruh Indonesia, termasuk Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Tujuannya adalah untuk menekan inflasi dengan menstabilkan harga pangan.
Gerakan pangan murah atau GPM diluncurkan serentak secara virtual dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (RI) Tito Karnavian bersama Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), yang juga menjabat sebagai Plt Menteri Pertanian RI Arief Prasetyo Adi, pada Senin (16/10).
Di Kota Kendari, gerakan pangan murah dipusatkan di Graha Gor Apriyani Rahayu yang akan berlangsung selama dua hari, 16-17 Oktober 2023. Turut hadir Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra, Asrun Lio dan Sekda Kota Kendari, Ridwansyah Taridala.
Masyarakat sangat antusias dengan hadirnya pangan murah tersebut. Mereka kebanyakan membeli bahan pokok seperti beras dan minyak goreng. Dimana, bahan pokok yang dijual tentunya dibawah harga pasar, tujuannya agar meringankan beban masyarakat yang terkena dampak kenaikan harga.
Dalam kesempatan itu, Sekda Sultra mengatakan bahwa inflasi Sultra masih diatas rata-rata nasional yaitu 3,46 persen. Namun secara keseluruhan ketersediaan pangan pokok masih terjaga dan aman.
“Dalam kegiatan gerakan pangan murah ini bekerjasama dengan Forkopimda Kota Kendari, Bank Indonesia, Bulog, dan sejumlah distributor,” ucap Asrun Lio.
“Gerakan pangan murah serentak juga digelar di 17 kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Tenggara. Di Sultra, gerakan ini dilaksanakan sejak Januari hingga minggu kedua Bulan Oktober dan sudah diadakan sebanyak 34 kali. Rencananya setiap minggu akan dilaksanakan pangan murah,” sambung Jenderal ASN Pemprov Sultra itu.
Dia menambahkan, sejumlah wilayah di Sultra mengalami kekeringan akibat fenomena El Nino, sehingga ratusan hektar sawah terancam gagal panen bahkan ada yang gagal panen.
“Diantaranya, Kabupaten Konawe mengalami kekeringan. Akan tetapi ada beberapa wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup rendah,” tambahnya.
Sementara itu, Plt Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa indeks kenaikan harga pangan tertinggi terjadi di beberapa wilayah, seperti Gorontalo, Sulawesi Utara, Kota Bitung, Mamasa, dan Lombok Timur.
“Sesuai data dari SP2KP (sistem pemantauan pasar dan kebutuhan pokok), saat ini indeks kenaikan indeks penaikan harga (IPH) tertinggi adalah Gorontalo mencapai 6,1 persen, Sulawesi Utara yaitu Kabupaten bolaang Mongondow 5,32 persen, Kota Bitung 5,05 persen, kemudian Mamasa dengan 4,54 persen, dan Lombok Timur 4,48 persen,” pungkasnya. (**)
Penulis: Elis/Fatma
Komentar