Upaya Distanak Sultra Dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim

Harianpublik.id,Kendari – Menghadapi Dampak Perubahan Iklim (DPI), Dinas Pertanian (Distanak) Sulawesi Tenggara (Sultra) senanntiasa menyiapkan upaya serta mengambil langkah langkah cepat dan solutif agar produksi tanaman pangan terus meningkat, petani sejahtera serta ketahanan pangan terjaga.

Dalam upaya tersebut, Distanak Sultra melibatkan seluruh Dinas Pertanian dari 17 kabupaten dan kota se Sultra dalam memberikan pendampingan kepada petani yang ada di Bumi Anoa ini.

Pasalnya, dampak perubahan iklim atau DPI menyebabkan banjir yang menimpah persawahan di sejumlah wilayah di Sultra.

Kepala Distanak Provinsi Sultra, Dr. La Ode Muhammad Rusdin Jaya, mengungkapkan bahwa bencana banjir dapat memberikan pengaruh terhadap pola tanam dan biaya produksi pertanian. Sehingga berimbas kepada hasil pertanian dan pendapatan petani yang lahan pertaniannya terdampak banjir.

“Misalnya, di beberapa titik di Kabupaten Konawe yang merupakan salah satu lumbung pangan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Di sana, puluhan hektar sawah dan ladang terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi,” kata Rusdin Jaya.

Oleh karena itu, Distanak Sultra mengambil langkah-langkah solusi dan antisipasi. Diantaranya adalah dengan melakukan pemantauan dan pendampingan kepada seluruh wilayah terdampak banjir, pendampingam penyuluh pertanian masing-masing kabupaten/kota serta pendampingan terhadap petani yang terdampak.

“Kami melakukan pendekatan pompanisasi untuk menyedot lahan pertanaman yang terkena DPI banjir, mempersiapkan benih baru bagi lokasi terdampak, serta mempersiapkan pupuk dan alsin pada brigade-brigade di tingkat kabupaten untuk mempercepat penanaman baru di lokasi yang terdampak,” jelasnya.

“Salah satunya, untuk pertanaman di Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan, kamis sudah empat kali melakukan kunjungan lokasi. Dimana memang lokasi pertanaman yang dilanda banjir adalah lahan yang dekat rawa. Jadi setiap musim hujan rawan diluapi oleh air sehingga bisa merendam pertanaman yang ada. Mengingat lokasi tersebut gampang banjir. Oleh karena itu dibutuhkan kesatuan gerak dan sinkronisasi program antar stakeholder,” sambung Rusdin.

Selain itu, dia juga mengharapkan para petani agar tidak menanam pada wilayah yang mudah banjir. “Tentu kami senantiasa berkoordinasi dengan stakeholder terkait. Misalnya Dinas Pertania kabupaten setempat agar selalu mengedukasi petani di wilayah Kecamatan Mowila untuk mencari lokasi yang aman bagi pertanaman. Kemudian Dinas PUPR agar melakukan perbaikan tanggul dan irigasi di wilayah persawahan,” terang Rusdin.

Dia menambahkan, pihaknya turut merasakan kepedihan para petani di wilayah terdampak banjir. “Oleh karena itu, mari mengambil langkah cepat dan solutif secara bersama agar produksi tanaman pangan kita terus meningkat, petani sejahtera, sehingga ketahanan pangan kita terus terjaga,” tandas Rusdin. (**)

Penulis: Rul

Komentar