Dinkes Kendari Sebut Ada 8 Kelompok Berisiko Terinfeksi HIV

Harianpublik.id,Kendari – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mengungkapkan bahwa kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kota Lulo ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pasalnya, terdapat 8 kelompok yang berisiko terinfeksi virus HIV.

Hal itu seperti dikatakan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Kendari Rahminingrum.

“Kasus HIV di Kota Kendari dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan,” ucapnya.

Adapun beberapa kelompok yang berisiko terinfeksi virus HIV diantaranya yaitu, Ibu hamil dan pasien TBC, baik yang terbukti terinfeksi TBC maupun yang sedang mendapatkan pelayanan terkait TBC.

Selanjutnya, pasien infeksi menular seksual (IMS) juga berisiko terinfeksi virus HIV, baik yang terbukti terinfeksi IMS selain HIV maupun sedang mendapatkan pelayanan terkait IMS.

Pengguna napza suntik (penasun) juga berisiko, baik orang memiliki riwayat menggunakan narkotika dan atau zat adiktif suntik lainnya.

Lalu, Penjaja seks atau seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan orang lain sebagai sumber penghidupan utama maupun tambahan, dengan nilai imbalan tertentu berupa uang barang atau jasa.

“Ada juga lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), transgender (waria) dan warga binaan pemasyarakatan (WBP),” sebutnya.

Ia menyebut bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko terinfeksi HIV dilakukan sesuai standar dan akan diberikan edukasi perilaku berisiko dan skrining.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kendari Ellfi mengatakan bahwa, hingga saat ini pihaknya terus fokus mencari populasi kunci atau orang yang beresiko tertular HIV, melalui metode penjaringan.

Salah satunya yaitu dengan datang langsung menjemput dilapangan, dalam hal ini mobile VCT.

“Ada juga mereka yang secara sadar, jika merasa terdapat gejala indikasi yang mungkin mereka perlu pertegas dengan hasil pemeriksaan kesehatan itulah yang kemudian datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Faskes) kami,” ungkapnya.

Bahkan, menurut pengamatan pihaknya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat semakin tinggi.

Hal itu dibuktikan, antara jumlah yang di skrining di lapangan dengan jumlah yang datang langsung ke Faskes tidak jauh berbeda, khususnya bagi mereka yang bekerja dengan dunia yang beresiko terhadap penularan HIV. (Red/Edisi)

Komentar