Gandeng Dikbud Sultra, KNPI Gerakan Ribuan Kelompok Pemuda Buat Minyak Goreng Tradisional

Harianpublik.id,Kendari – Menghadapi Bulan Suci Ramadhan tahun 2022 ditambah lagi dengan mahalnya minyak goreng, maka para pemuda yang tergabung dalam organisasi KNPI Sultra dibawah komando Alvin Akawijaya Putra Ali Mazi SH, siap menggerakan ribuan kelompok pemuda untuk melaksanakan pembuatan minyak goreng secara tradisional.

Ketua Umum DPD KNPI Provinsi Sultra, Alvin Akawijaya Putra mengatakan, gerakan massal tersebut dilakukan melalui koordinasi Gubernur Sultra, dengan melibatkan salah satu instansi teknis, diantaranya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra. Terlebih program minyak kelapa tersebut merupakan turunan dari program economic recovery on provincial and regency level, yang merupakan inspirasi dari Event G20 Global economic recovery yang akan diadakan di Bali pada Oktober nanti.

Pria kelahiran Jakarta, 18 Mei 1996 ini menerangkan, setelah menginisiasi gerakan tersebut pada sejumlah kelompok masyarakat di Kota Kendari, maka akan diperluas lagi dengan melibatkan ribuan kelompok pemuda untuk bersama-sama menggalakan gerakan pembuatan minyak goreng tradisional secara sentak dan massal pada 17 kabupaten kota di Sultra. Untuk Kota Kendari akan dilakukan di SMKN 1 Kendari dengan menghadirkan sekitar 400 kelompok pemuda.

“Insya allah gerakan massal dan serentak ini akan dilakukan pada 2 April 2022 nanti. Semoga gerakan ini bisa memberikan semangat dan solusi alternatif terhadap isu minyak goreng yang tengah dihadapi masyarakat kita, terlebih momennya bertepatan dengan menyambut Ramadan,” tutur pria jebolan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Program S1 Fakultas Hukum, Konsentrasi Bisnis Hukum ini, Kamis (31/3).

Badan Pemenangan Pemilu Partai Nasdem Sultra ini menjelaskan, dalam gerakan tersebut melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra karena diharapkan gerakan pembuatan minyak goreng secara tradisional tidak hilang dan terus-menerus bergenerasi, sehingga kearifan lokal Provinsi Sultra yang merupakan salah satu warisan budaya orang-orang terdahulu, tetap terjaga dan dikenal oleh generasi selanjutnya.

“Dalam penggerakan ribuan kelompok para pemuda ini, selain organisasi kepemudaan KNPI maka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provini Sultra juga dinilai tepat untuk bersama-sama menjaga kearifan lokal ini. Tentu kami berharap agar gerakan ini bisa dilakukan oleh setiap rumah tangga, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga kelangkaan minyak goreng maupun harganya yang mengalami kenaikan cukup tinggi, tidak memberikan pengaruh bagi masyarakat Sultra, sebab Sultra memiliki potensi ketersediaan kelapa dalam yang cukup,” tutur pria yang pernah Magang di Kantor Hukum Kores Tambunan and Partners ini.

Dia pun berharap, melalui fenomena nasional tersebut pemerintah daerah kedepan dapat meningkatkan pengelolaan kelapa dalam, dan para pemuda asal Sultra pun bisa menginisiasi pembuatan minyak goreng lokal asal Sultra yang lebih berkualitas, tentunya melalui bantuan dan pendampingan pemerintah.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra, Drs Asrun Lio MHum PhD mengatakan, pihaknya menyambut baik dan mendukung gerakan tersebut, karena dinilai sangat positif untuk mengarahkan mindset para pelajar tingkat SMA/SMK se Sultra untuk bersama-sama menjadi duta minyak goreng lokal, minimal di lingkungan keluarganya masing-masing.

“Ide ini sangat brilian dan positif dari KNPI Sultra untuk bagaimana memasukan pembuatan minyak goreng lokal ini ke dalam kegiatan praktik siswa SMA maupun SMK yang ada di Sultra. Selain bidang pendidikan, gerakan ini juga masuk dalam bidang kebudayaan sehingga cukup relefan,” ucap akademisi asal Moronene Bombana ini.

Pria lulusan S3 The Australian National University (ANU) Canberra ini meyakini, setelah gerakan massal tersebut para siswa akan mendapatkan pengalaman nyata dalam pembuatan minyak goreng lokal, serta telah menjadi bagian dari aksi nyata dalam menjawab isu tentang minyak goreng di Sultra.

“Bayangkan saja, jika ribuan kelompok pemuda pelajar yang ikut dalam gerakan massal pembuatan minyak goreng tradisional tersebut kembali mengaktualisasikannya di rumah ataupun lingkungan tempat tinggalnya, maka sedikitnya bisa memberikan dampak positif. Untuk itu, mari kita bersama-sama menjawab isu-isu negatif dari minyak goreng ini,” pesan mantan Kepala Pusat Studi Eropa UHO ini. (**)

Penulis: Manto

Komentar