Ketua KNPI Sultra Fasilitasi Kelompok Masyarakat Bikin Minyak Goreng Dari Kelapa

harianpublik.id-Kendari – Kelangkaan minyak goreng yang terjadi di pasaran menyita perhatian berbagai kalangan publik. Tak terkecualo Ketua Umum DPD KNPI Provinsi Sultra, Alvin Akawijaya Putra.

Pasalnya, kelangkaan yang menyebabkan masyarakat kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng, membuat Alvin merasa tergerak untuk memulai gerakan produksi minyak goreng dengan memfasilitasi sejumlah kelompok masyarakat di Kota Kendari.

Alvin mengakui, gerakan produksi minyak goreng tersebut dilakukan secara tradisional, yang tentu proses ataupun cara pembuatannya telah dikenal oleh masyarakat Sultra. Sehingga pihaknya sebagai kaum pemuda, hanya tinggal menyegarkan kembali, agar masalah kelangkaan minyak goreng bisa terjawab melalui salah satu kearifan lokal masyarakat Sultra yang telah ada sejak lama. Dengan begitu, masalah kelangkaan tersebut bisa terjawab dari setiap rumah tangga.

“Sebagai Ketua Umum DPD KNPI Provinsi Sultra tentu merasa miris dengan kondisi kelangkaan minyak goreng. Padahal wilayah kita ini, kaya akan hasil kelapa yang merupakan salah satu bahan dasar alternatif pembuatan minyak goreng. Jadi sudah saatnya kita bergerak bersama dari setiap rumah tangga, untuk menjawab kelangkaan minyak goreng,” tutur Ketua Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh ini dalam keterangan tertulisnya.

Menurutnya, gerakan menjawab kelangkaan minyak goreng dari setiap rumah tangga ini terkesan sederhana dan mungkin juga merepotkan. Namun jika dilakukan secara bersama-sama dan didukung oleh pemerintah, maka tidak mustahil Sultra akan terbebas dari kelangkaan minyak ini, terlebih lagi saat menghadapi momen bulan suci ramadan.

“Kita ketahui bersama bahwa harga minyak goreng dunia mengalami kenaikan cukup signifikan. Inilah mungkin yang mendasari sehingga pihak produsen cukup tergiur melakukan perdagangan ke luar negeri, walaupun sebenarnya pemerintah wajib menyeimbangkan kebutuhan dalam negeri dan luar negeri. Misalnya dengan mengurangi motivasi produsen domestik untuk mengekspor minyak ke luar negeri melalui pajak tinggi,” ucap jebolan S1 Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini.

Kata Alvin, pemerintah juga dapat melakukan operasi pasar dengan melacak produsen mana yang memiliki kewajiban menyediakan kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu, sebelum akhirnya melakukan kebutuhan ekspor. Sehingga ketersediaan minyak goreng dalam negeri tetap terjamin, tentunya dengan harga yang wajar dan terjangkau oleh masyarakat.

“Namun kenyataannya saat ini, semua konsumen dari berbagai lapisan, baik itu kalangan bawah, menengah bahkan kalangan ataspun dihadapkan pada kesulitan memperoleh minyak goreng. Ini bisa dilihat dari kelangkaan stok minyak goreng di pasaran. Kalaupun ada, harganya membuat kita geleng kepala. Salah satu solusi yang harus dilakukan yakni meningkatkan produktivitas dari produksi minyak goreng, dan ini bisa dilakukan secara sederhana dan tradisional dari setiap rumah tangga,” terang pria yang pernah magang di Kantor Hukum Kores Tambunan and Partners ini.

Solusi lainnya, masih dia, masyarakat diharapkan lebih hemat dalam menggunakan minyak goreng, agar tidak terjadi peningkatan permintaan yang kemudian berdampak pada panic buying. Apalagi akan dihadapkan pada bulan suci ramadan dan hari raya nanti.

Dia mengakui jika minyak goreng merupakan salah satu komoditas penting karena dikonsumsi masyarakat setiap harinya. Sehingga keberadaannya mempengaruhi beberapa sektor lainnya, seperti rumah tangga, industri makanan, dan semua kegiatan produksi lainnya menggunakan bahan baku minyak goreng.

Untuk itu, melalui pergerakan untuk jawab kelangkaan minyak dari setiap rumah tangga, dia berharap agar masyarakat Sultra bisa menghidupkan kembali kearifan lokal yang telah ada sejak lama, yang salah satunya membuat minyak goreng dari santan kelapa, terlebih hasilnya lebih berkualitas dan higienis.

“Selain harus tetap sabar dalam menghadapi kelangkaan minyak goreng saat ini, kita juga tidak boleh pasrah dengan keadaan. Apalagi bahan bakunya cukup berlimpah di daerah kita ini. Semoga gerakan ini bisa memotivasi setiap rumah tangga yang ada di Sultra, untuk bersama-sama menjawab kelangkaan ini dan menjadi pemasok minimal dalam rumah tangga sendiri,” tukas pria kelahiran tahun 1996 ini. (**)

Penulis: Manto

Komentar